Hujan
rintik-rintik membasahi bumi, udara berhembus terasa segar. Seorang
pemuda telah selesai menunaikan sholat dzuhur berjamaah di masjid.
Pandangannya menyapu ke arah halaman masjid, tidak jauh darinya ada
seorang perempuan tua yang duduk ditengah lapangan menarik perhatiannya.
Tiba-tiba sebuah tas kecil dari tempat nenek itu terbang tertiup angin
kencang. Segera pemuda itu memperhatikan teriakan nenek itu minta
tolong, ingin tasnya diambilkan.
Merasa terpanggil pemuda itu segera berlari mengejar tas kecil,
terlihat tas itu telah melesat jauh, dia berlari dengan terengah-engah
kelelahan. Berlarilah pemuda itu sekuat
tenaga dan tas kecil itu berhasil juga dipegangnya. Nampak keringat
bercucuran, dengan hati penuh kebahagiaan dia berlari kecil mengantarkan
tas kecil. Terlintas didalam hatinya lelah yang dirasakan tentunya akan
disambut dengan senyuman dan ucapan terima kasih sang nenek sudah cukup
sebagai balasan atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Namun diluar didugaannya, sang nenek segera merebut tas kecil itu dan
membalikkan tubuhnya dengan wajah yang cemberut, sepintas seperti
marah. Pemuda terkejut bukan main. Jangankan senyuman dan ucapan terima
kasih, wajah ramahpun tidak terlihat. Pemuda itu kebingungan. ‘Apa
dosaku ya?’ ucapnya lirih. Dia tak bisa bergerak, malu, kesal, kecewa
tercampur aduk.
Berkali-kali pemuda istighfar, siang itu dirinya menemukan pelajaran
yaitu makna ikhlas. Ya tentang keikhlasan. Keikhlasan berarti tidak
pernah berharap apapun, bahkan balasan walaupun berupa senyuman dari
yang kita perbuat. Lakukanlah segala perbuatan baik semata-mata karena
Allah. Itulah yang disebut dengan ikhlas. Siang itu dihalaman masjid,
pemuda itu mendapatkan pelajaran bahwa ikhlas itu indah.
‘Dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka,
tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan.’ (QS. At-Thuur :
21).